Sebelum penulis menjelaskan hakikat hasad, pembagiannya, bahayanya, pendorongnya dan pengobatannya, penulis sajikan terlebih dahulu akhlaq yang mulia yang merupakan lawan dari sifat iri dan dengki.
KEUTAMAAN MEMBEBASKAN HATI DARI IRI DAN DENGKI
Membebaskan hati dari iri dan dengki sangatlah berat. Hasad (iri dan dengki) dalam jiwa manusia tidak akan pernah sirna, dan setan akan masuk dari pintu ini untuk mengelincirkan manusia. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah menyatakan jasad tidak pernah kosong dari hasad, yang buruk adalah yang menampakkannya dan yang mulia yang menyembunyikannya.
Allah berfirman (yang artinya) :
“… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahannya) orang ….” (QS. Ali imran[3]: 134)
Juga firman Allah (artinya) :
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syura[42]: 40)
Sahabat Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu berkata: Kami sedang duduk-duduk bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sekarang akan muncul di tengah-tengah kalian salah seorang penghuni surga.” Kemudian muncullah seseorang dari kaum Anshar di hadapan para sahabat dengan kondisi jenggotnya mengalirkan air berkas wudhunya, kejadian itu terjadi sampai tiga hari, sehingga pada hari yang ketiganya diikuti Abdullah bin ‘Umru ke rumahnya, dengan maksud untuk mengetahui kelebihan amal yang dilakukan orang itu, tetapi Abdullah bin ‘Umru tidak mendapatkan kelebihan selain kalau ia terbangun dia mengingat Allah, dia pun tidak didapati mengerjakan shalat malam, maka hamper saja Abdullah bin ‘Umru menghinakan amal orang itu, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda atasmu: ‘Akan muncul di tengah-tengah kalian salah seorang di antara penghuni surge, tiga kali.’ Kemudian kamu muncul tiga kali, kemudian aku bermalam di rumahmu dengan tujuan untuk mengetahui apa yang kamu amalkan, kemudian aku mengikutimu, hanya saja aku tidak melihat amal yang lebih utama.” Orang itu menjawab, “Itu yang kamu lihat.” Maka tatkala orang itu mau berpaling orang itu memanggilku lalu berkata (yang artinya) :
ما هو إلاّ ما رأيت, غير أنّي لا أجد في نفسي لأحد من المسلميمين غشّا, ولا أحسده على شيء أعطاه الله إيّاه
“Tidak ada kelebihan selain yang kamu lihat, hanya saja tidak ada dalam hatiku rasa dendam terhadap sesama muslim dan tidak punya rasa iri (hasad) terhadap sesuatu yang Allah telah berikan kepadanya.”
Lalu Abdullah bin ‘Umru berkata: “Itulah sesuatu yang engkau telah memiliki dan yang kami tidak mampu.”
KEUTAMAAN BERSIKAP LEMAH LEMBUT DAN PEMAAF
Dari pelajaran di atas, jelaslah bahwa kelembutan merupakan sifat ahli iman yang sempurna, dan merupakan cirri khusus Ahli Sunnah wal Jama’ah. Allah berfirman (yang artinya)”
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dna telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr[59]: 9)
Dalam ayat di atas Allah telah memuji orang-orang Anshar dengan beberapa pujian, para ulama ahli tafsir berkata: “Yang dimaksud dengan (ولا يجدون في صدورهم حاجة مّمّا أوتوا) adalah tidak terdapat dalam hati mereka rasa iri dan dengki kepada nikmat Allah yang telah diberikan kepada kaum muhajirin, dari kedudukan, tingkatan, dan penyebutan (Muhajirin lebih didahulukan ketimbang penyebutan Anshar).”
Firman Allah ‘Azza wa Jalla (artinya):
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo’a: ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.’”. (QS. al-Hasyr[59]: 10)
Penulis: Ustadz Abu Qotadah
Posting Komentar
Budayakan Berkomentar Setelah Membaca dan Tolong Jangan Menaruh SPAM, Terima Kasih....